BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana
dan mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan
mempertahankan gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat
perawat perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana
mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system
skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu
yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk
postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti
ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan
kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam
mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan
skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.
Pada makalah ini, membahas tentang pengertian body
mekanik, prinsip-prinsip body mekanik, faktor-faktor yang mempengaruhi body
mekanik, akibat body mekanik yang buruk, dan asuhan keperawatan pada klien
gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang
dimaksud dengan body mekanik?
1.2.2
Bagaimana
prinsip-prinsip body mekanik?
1.2.3
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik?
1.2.4
Apa akibatnya
body mekanik yang buruk?
1.2.5
Bagaimana asuhan
keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mendeskripsikan
tentang pengertian body mekanik
1.3.2
Mendeskripsikan
tentang prinsip-prinsip body mekanik
1.3.3
Mendeskripsikan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik
1.3.4
Mendeskripsikan
tentang akibat body mekanik yang buruk
1.3.5
Mendeskripsikan
asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas
1.4
Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini, diharapkan
dapat mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang
pemenuhan kebutuhan mobilisasi. Dan diharapkan penyusunan makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam membuat sebuah
karya tulis berupa makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Body Mekanik
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman
untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3
elemen dasar yaitu :
·
Body Aligement
(Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh
yang lain.
·
Balance /
Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity
dan base of support.
·
Koordinated Body
Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem
syaraf.
2.2. Prinsip-prinsip
Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi
perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika
tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan.
Perawat menggunakan berbagai
kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde
keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan
objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh.
Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat.
Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat,
memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan
tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran
tubuh. Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1.
Gravitasi
Merupakan prinsip pertama
yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan benar, yaitu
memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor
yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
·
Pusat gravitasi
( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
·
Garis gravitasi
( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui
pusat gravitasi.
·
Dasar tumpuan
( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan
istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
2.
Keseimbangan
Keseimbangan dalam
penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis
gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
3.
Berat
Dalam menggunakan mekanika
tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat
karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
2.3. Faktor Yang
Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi
1.
Status kesehatan
Perubahan status kesehatan
dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan
koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
2.
Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi
bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel.
Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan
terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.
3.
Emosi
Kondisi psikologis seseorang
dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi yang baik, seseorang
yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah.
Akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4.
Situasi dan
Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang
dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda berat, akan
menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
5.
Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan pola
hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan
kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi antara
sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.
6.
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik
terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh
akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi
dan muskulusletal.
2.4. Akibat Body
Mekanik Yang Buruk
Penggunaan mekanika tubuh
secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang
dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sbb :
1.
Terjadi
ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskulusletal.
2.
Resiko
terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam
struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
2.5. Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
1. Pengkajian
A. Riwayat Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada
masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai adanya kemampuan dan keterbatasan
dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk,
kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan posisi.
Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam mekanika tubuh pada saat duduk,
berakivitas, atau saat pasien menglami pergerakan serta pengkajian terhadap
status ambulasi. Kemudian, menilai gaya berjalan untuk mengetahui ada atau
tidaknya kelainan dengan cara mengamati apakah gaya berjalan pasien ( mantap
atau tegak lurus ), ayunan lengan atas ( pantas atau tidak ), kaki ikut siap
pada saat ayunan atau tidak, langkah jatuh jauh dari garis gravitasi atau
tidak, serta berjalan apakah diawali dan diakhiri dengan mudah atau tidak.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berfokus
pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh, cara berjalan,
penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan
massa otot, serta toleransi aktivitas.
·
Kesejajaran tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh
dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring. Pengkajian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1)
Menentukan
perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan
perkembangan.
2)
Mengdentifikasi
penyimpanan kesejajaran tubuh yang disebabkan fostur yang buruk.
3)
Memberi
kesempatan klien untuk mengopservasi posturnya.
4)
Mengidentifikasi
kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan kejajaran tubuh yang benar.
5)
Mengidentifikasi
trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.
6)
Memperoleh
informasi mengenai factor-faktor lain yang mempengaruhi kesejajaran yang buruk,
seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis.
Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menginspeksi pasien dari sisi lateral, anterior, dan posterior guna
mengamati apakah:
-
Bahu dan pinggul sejajar
-
Jari-jari kaki mengarah ke depan
-
Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain
Langkah pertama mengkaji
kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien pada posisi istirahat sehingga tidak
tampak dibuat-buat atau posisi kaku. Jika mengkaji kesejajaran tubuh pasien
imobilisasi atau pasien tidak sadar maka bantal dan alat penopang di angkat
dari tempat tidur lalu klien diletakkan pada posisi telentang.
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada klien
yang berdiri sesuai hal – hal berikut :
Kepala tegak
dan midline
Ketika dilihat dari arah
posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
Ketika dilihat dari arah
posterior, tulang belakang lurus
Ketika klien dilihat dari
arah lateral, Kepala tegak dan garis tulang belakang digaris dalam pola S
terbaik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung, tulang
belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung.
Ketika dilihat dari arah
lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut pergelangan
kaki agak melengkung. Orang tampak nyaman dan tidak sadar akan lutut dan
pergelangan kaki yang fleksi.
Lengan klien nyaman di
samping.
Kaki di tempatkan sedikit
berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari – jari kaki menghadap ke
depan.
Ketika klien dilihat dari
arah anterior, pusat gravitasi berada di tengah tubuh, dan garis gravitasi
mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua kaki.
Bagian lateral garis gravitasi dimulai secara vertikal dari tengah tengkorak
sampai sepertiga kaki bagian posterior.
Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan
mengobservasi hal – hal sebagai berikut :
Kepala tegak, leher dan
tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus.
Berat badan terbagi rata
pada bokong dan paha.
Paha sejajar dan berada pada
potongan horisontal.
Kedua kaki di topang
di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu kaki digunakan dan pergelangan
kaki menjadi fleksi dengan nyaman.
Jarak 2 – 4 cm dipertahankan
antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian
posterior. Jarak ini menjamin tidak ada tekanan pada arteri popliteal atau
saraf untuk menurunkan sirkulasi atau mengganggu fungsi saraf.
Lengan bawah klien ditopang
pada penganan tangan, di pangkuan, atau di atas meja depan kursi.
Hal penting mengkaji
kesejajaran dalam posisi duduk yaitu pada klien yang mempunyai kelemahan
otot, paralisis otot, atau kerusakan saraf. Karena perubahan ini, klien
mengalami pengurangan sensasi di area yang sakit dan tidak mampu menerima
tekanan ataupun penurunan sirkulasi. Kesejajaran yang tepat ketika duduk
mengurangi risiko kerusakan sistem muskuloskeletal pada klien itu.
Berbaring. Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal
terhadap tekanan. Sehingga merekabiasa merasakan posisi nyaman ketika
berbaring. Karena rentang gerak, sensasi dan sirkulasi pada orang sadar berada
dalam batas normal, mereka mengubah posisi ketika mereka merasakan ketengangan
otot dan penurunan sirkulasi.
Pengkajian kesejajaran tubuh
ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan menggunakan satu
bantal, dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur. Tubuh harus ditopang
oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus
tanpa ada lengkungan yang terlihat. Pengkajian ini memberi data dasar mengenai
kesejajaran tubuh klien.
·
Cara berjalan
Istilah gaya berjalan
digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya saat berjalan ( Fish &
Nielsen,1993 ). Siklus berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu tungkai
dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama. Interval ini sama
dengan 100% siklus gaya berjalan dan berlangsung 1 detik untuk kenyamanan
berjalan ( Lehman et al, 1992 ). Dengan mengkaji gaya berjalan klien
memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur,
keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.
Pengkajian cara berjalan
dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat
jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh kurang lebih 10
kaki di dalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut :
Kepala tegak, pandangan
lurus, dan tulang belakang lurus
Tumit menyentuh tanah lebih
dahulu daripada jari kaki
Kaki dorsofleksi pada fase
ayunan
Lengan mengayun ke depan
bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
Gaya berjalan halus,
terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke sisi minimal dan tubuh
ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai.
Kecepatan berjalan
(normalnya 70-100 langkah per menit)
·
Penampilan dan pergerakan sendi
Rentang gerak merupakan
jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga
potongan tubuh, sagital, tfrontal, dan tranversal. Mobilisasi sendi tiap
potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan
sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakanya
adalah fleksi dan ekstensi ( jari – jari tangan dan siku ) dan hiperekstensi (
pinggul ). Pada potongan frontal gerakanya adalah abduksi dan adduksi ( lengan
dan tungkai ) dan eversi dan inverse ( kaki ). Pada potongan tranversal,
gerakanya adalah pronasi dan supinasi ( tangan ),rotasi internaldan eksternal (
lutut ),dan dorsifleksi dan plantarfleksi ( kaki ).
Ketika mengkaji rentang
gerak,perawat menanyakan pertanyaan yang mengobservasi dalam mengumpulkan data
tentang kekuatan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasn gerak dan
ketidakmampuan atau trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya
imobilisasi yang dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak pasif.
Pemeriksaan ini meliputi
inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang gerak
pasif. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
Adanya kemerahan atau
pembengkakan sendi
Adanya deformitas
Perkembangan otot yang
terkait dengan masing-masing sendi
Adanya nyeri tekan
Krepitasi
Peningkatan temperatur di
sekitar sendi
Derajat gerak sendi
·
Kemampuan dan keterbatasan gerak
Pengkajian ini bertujuan
untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi rintangan dan keterbatasan pada
pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh bantuan. Hal-hal yang perlu
dikaji antara lain:
Bagaimana penyakit klien
mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak.
Adanya hambatan dalam
bergerak (misalnya terpasang selang infuys atau gips yang berat)
Kewaspadaan mental dan
kemampuan klien untuk mengikuti petunjuk
Keseimbangan dan koordinasi
klien.
Adanya hipotensi ortostatik
sebelum berpindah tempat
Derajat kenyamanan klien
Penglihatan
·
Kekuatan dan masa otot
Sebelum membantu klien
mengubah posisi atau berpindah tempat, perawat harus mengkaji kekuatan dan
kemampuan klien untuk bergerak. Langkah ini di ambil utnuk menurunkan risiko
tegang otot dan cedera tubuh, baik bagi klien maupun perawat.
·
Toleransi aktifitas
Toleransi
aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan
seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan jika ada perencanaan
aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak, atau aktivitas sehari-hari
dengan penyakit akut atau kronik. Selain itu, pengetahuan toleransi aktifitas
klien dibutuhkan untuk merencanakan terapi keperawatan lainnya.
Pengkajian toleransi
aktivitas meliputi dua fisiologis, emosional, dan tingkat perkembangan.
Pengkajian ini dapat dipakai di semua klinik dan dilengkapi oleh perawat dengan
segera.
Faktor yang Mempengaruhi
Toleransi Aktivitas
|
FAKTOR FISIOLOGIS
Frekuensi penyakit
atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Tipe penyakit atau
operasi dalam 12 bulan terakhir.
Status
kardiopulmunar (mis, dispnu, nyeri dada).
Status musculoskeletal
(mis,, penurunan massa otot).
Pola tidur.
Keberadaan nyeri,
pengontrolan nyeri.
Tanda-tanda vital;
frekuensi pernapasan dan nadi kembali ketingkat istirahat dalam 5menit
setelah latihan tekanan darah kembali setelah latihan tekanan darah kembali
seperti semula dalam 5-10 menit setelah latihan.
Tipe dari frekuensi
aktivitas latihan.
Kelainan hasil
labolatorium, seperti penurunan konsentrasi oksigen arteri, penurunan kadar
hemoglobin, kadare elektrolit yang tidak normal.
FAKTOR EMOSIONAL
Suasana hati
(mood); depresi, cemas.
Motivasi.
Ketergantunagan zat
kimia(mis., obat-obatan, alcohol, nikotin).
Gambaran diri.
FAKTOR PERKEMBANGAN
Usia.
Jenis kelamin.
Kehamilan
Perubahan massa
otot karena perubahan perkembangan,
Perubahan system
skeletal karena perubahan perkembangan.
|
Pengkajian ini bermanfaat
untuk membantu meningkatakan kemandirian klien yang mengalami :
Disabilitas kardiovaskular
dan respiratorik
Imobilisasi komplet dalam
waktu yang lama
Penurunan massa otot atau
gangguan muskuloskeletal
Tidur yang tidak mencukupi
Nyeri
Depresi,cemas, atau tidak
termotivasi.
Alat ukur yang paling
bermanfaat untuk meperkirakan toleransi klien terhadap aktivitas adalah
frekuensi, kekuatan, dan iramama denyut jantung; frekuensi, kedalaman, dan
irama pernapasan serta tekanan darah.
·
Masalah terkait mobilitas
Pengkajian ini dilakukan
melalui metode inspeksi, palpasi, dan auskultasi; pemeriksaan hasil tes
laboratorium; serta pengukuran berat badan, asupan cairan, dan haluaran cairan.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan segera setelah klien mengalalmi
imobilisasi. Data yang diperoleh tersebut kemudian menjadi standar yang akan
dibandingkan dengan data selama periode imobilisasi.
2. Penetapan
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang
dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain :
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme muskulusletal pada
ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu dalam
waktu lama.
Resiko cedera berhubungan
dengan adanya paralisis, gaya berjalan tidak stabil, atau penggunaan tongkat
yang tidk benar.
Kurangnya perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
Contoh Diagnosa Keperawatan
NANDA untuk Ketidaktepatan Mekanika Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
Intoleransi
aktifitas yang berhubungan dengan :
Kesejajaran tubuh yang buruk
Penurunan mobilisasi
Risiko cedera yang
berhubungan dengan :
Ketidaktepatan mekanika
tubuh
Ketidaktepatan posisi
Ketidaktepatan teknik pemindahan
Hambatan mobilisasi
fisik yang berhubungan dengan :
Penurunan rentang gerak
Tirah baring
Penurunan kekuatan
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas yang berhubungan dengan :
Statis sekresi paru
Ketidaktepatan posisi tubuh
Ketidakefektifan pola napas yang
berhubungan dengan :
Penurunan pengembangan paru
Penumpukan sekresi paru
Kertidaktepatan posisi tubuh
Gangguan pertukaran
gas yang berhubungan dengan :
Pola napas tidak efektif
Penurunan pengembangan paru
Penumpukan sekresi paru
Gangguan integritas kulit
atau resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan :
Keterbatasan mobilisasi
Tekanan permukaan kulit
Gaya gesek
Gangguan eliminasi
urine yang berhubungan dengan :
Keterbatasan mobilisasi
Risiko infeksi
Retensi urine
Risiko infeksi yang
berhubungan dengan :
Statisnya sekresi paru
Kerusakan integritas kulit
Statisnya urine
Inkontinensia
total yang berhubungan dengan :
Perubahan pola eliminasi
Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan volume
cairan yang berhubungan dengan :
Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan koping
individu yang berhubungan dengan :
Pengurangan tingkat
aktifitas
Isolasi sosial
Gangguan pola
tidur yang berhubungan dengan :
Keterbatasan mobilisasi
Ketidaknyamanan
3. Perencanaan
Memperbaiki penggunaan
mekanika tubuh saat melakukan aktivitas sehari-hari.
Memulihkan dan memperbaiki
ambulasi.
Mencegah terjadinya cedera
akibat jatuh.
4. Implementasi
Dalam mempertahankan
kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangkat klien dengan benar,
menggunakan teknik posisi tepat, dan memindahkan klien dengan aman dari tempat
tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar. Prosedur-prosedur tersebut
digambarkan dalam bagian ini sebagai prinsip mekanika tubuh yang diperlukan
untuk menjaga atau memperbaiki kesejajaran tubuh.
Teknik Mengangkat. Angka cedera dalam pekerjaan meningkat pada tahun-tahun terakhir,
dan lebih dari setengahnya adalah cedera punggung yang langsung akibat teknik
mengangkat dan membungkuk yang tidak tepat (Owen dan Garg, 1991). Kebanyakan
cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot lumbal,
termasuk otot disekitar vertebra lumbal (Owen dan Garg, 1991). Cedera otot di
area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk kedepan, kebelakang, dan
kesamping. Selain itu, kemampuan memutar pinggul dan punggung bagian bawah
menurun.
Perawat berisiko mengalami
cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah posisi klien
imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan mengangkat
klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria dasar cara
mengangkat sebagai berikut :
1)
Posisi beban.
Beban yang akan diangkat
berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada keadaan seperti
di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek berada
dalam potongan sama (Stams, 1989).
2)
Tinggi objek.
Tinggi yang paling baik
untuk mengangkat vertikal adalah sedikit di atas jari tengah seseorang dengan
lengan tergantung di samping (Owen dan Garg, 1991).
3)
Posisi tubuh.
Ketika posisi tubuh
pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka petunjuk umum
berikut mampu dipakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan
tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja sama dengan cara yang
sinkron.
4)
Berat maksimum.
Setiap perawat harus
mengetahui berat maksimum yang aman untuk diangkat-aman bagi perawat dan klien.
Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih 35% berat
badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg
tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun
nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan berisiko klien jatuh
atau menyebabkan cedera punggung perawat.
Ketika mengangkat, perawat
harus mengikuti prosedur yang dibuat untuk melindungi sistem muskuloskeletal.
Mengangkat objek dari tempat
tidur tinggi meningkatkan resikio karena lebih sulit mempertahankan
keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada diatas kepala, orang sering
berdiri berjinjit dengan kakinya bersama sehingga menurunkan dasar topangan,
menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka.
Teknik mengubah posisi. Klien yang mengalami gangguan fungsi sistem
skeletal, saraf atau otot dan meningkatkan kelemahan serta kekuatan biasanya
membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat
ketika selama berada di tempat tidur atau duduk. Banyak alat bantu dapat
dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh klien yang baik selama
diposisikan.
Mengangkat Yang Tepat
LANGKAH
|
RASIONAL
|
Kaji berat posisi, tinggi
objek, posisi tubuh, dan berat maksimum.
Angkat objek dengan benar
dari bawah pusat gravitasi:
Dekatkan pada objek yang
akan dipindahkan.
Perbesar dasar
dukungan anda dengan menempatkan kedua kaki agak sedikit terbuka.
Turunkan pusat gravitasi
anda ke objek yang akan diangkat.
Pertahankan kesejajaran
yang tepat pada kepala dan leher dengan veterbrae, jaga tubuh tetap tegak.
Angkat objek dengan benar
dari atas pusat gravitasi tempat tidur:
Gunakan alat melangkah
yang aman dan stabil, jangan berdiri diatas tangga teratas.
Berdiri sedekat mungkin ke
tempat tidur.
Pindahkan berat objek dari
tempat tidur dengan cepat pada lengan dan diatas dasar dukungan.
|
Menentukan apakah anda
dapat melakukanya sendiri atau membutuhkan bantuan.
Memindahkan pusat
gravitasi lebih dekat ke objek.
Mempertahankan
keseimbangan tubuh lebih baik, sehingga mengurangi risiko jatuh.
Meningkatkan keseimbangan
tubuh dan memungkinkan kelompok otot-otot bekerja sama dengan cara yang
sinkron.
Mengurangi risiko cedera
vetebra lumbal dan kelompok otot.
Mencapai pusat gravitasi
lebih dekat ke objek.
Meningkatkan keseimbangan
tubuh selama mengangkat.
Mengurangi bahaya jatuh
dengan memindahkan objek yang diangkat dekat dengan pusat gravitasi diatas
dasar dukungan.
|
Bantal siap dipakai di rumah
sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika klien di rumah,
persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus
menentukan apakah ukuranya tepat. Bantal tebal di bawah kepala klien
meningkatkan fleksi servikal. Bantal tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol
tidak adekuat melindungi kulit dan jaringan dari kerusakan akibat tekanan.
Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau jika ukuranya tidak tepat,
perawat dapat melipat seprai, selimut, atau handuk sebagai ganti bantal.
Papan kaki (footboard)
diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh permukaan bawah
kaki klien.Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan
kaki dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkanya di atas tempat tidur,
perawat perlu menentukan apakah penempatanya benar, dengan kaki klien berada di
papan dengan pas. Posey footguard dengan merupakan alat bantu yang
menggunakan struktur busa untuk mempertahankan posisi kaki klien dorsifleksi.
Cara lain yang umum adalah menggunakan tekhnik high-top tennis shoes.
Trochanter
roll mencegah rotasi luar pada tungkai ketika klien berada posisi supine.
Untuk membentuk trochanter roll,selimut mandi katun dilipat panjang kain
untuk lebar yang akan melebar dari trochanter femur terbesar sampai batas bawah
ruang popliteal. Selimut diletakkan di bawah bokong dan kemudian digulung
berlawanan dengan jalan jarum jam sampai paha berada posisi netral atau rotasi
dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tercapai, maka patella langsung menghadap
ke atas.
Bantal pasir (sandbags)
adalah tabung-tabung plastik berisi pasir yang dapat membentuk sesuai bentuk
tubuh. Sanbag dapat digunakan di tempatnya atau sebagai tambahan untuk
Trochanter roll. Alat-alat tersebut mengimobilisasi ekstremitas atau
mempertahankan kesejajaran tubuh.
Gulungan tangan (hand rolls) mempertahankan ibu jari sedikit aduksi dan berada berlawanan
dengan jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari
dalam posisi fungsional. Perawat mengevaluasi hand roll untuk meyakinkan bahwa
tangan benar-benar berada dalam posisi fungsional.
Pembebat pergelangan tangan (hand wrist splints) adalah pembentuk individual bagi
klien untuk mempertahankan kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi)
dan pergelangan tangan (sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh
klien dimana pembebat tersebut dibuat untuknya.
Trapeze bar adalah alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas
kepala yang di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan klien menarik dengan
ekstremitas atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu
memindahkan dari tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan lengan
atas.
Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk imibilisasi, terutama pada klien
binging atau disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah
jaket posey. Ketika memakaikan jaket pada klien, perawat menyusun satu sisi
diatas sisi lain menyilang di punggung klien. Tali diletakkan dibawah ikatan
jaket dan diikat ke pinggir tempat tridur, kursi, atau kursi roda. Restrain
jangan pernah diikat ke sisi bergerak karena klien dapat cedera jika sisi
bergerak lebih rendah dari tempat restrain.
Pagar tempat tidur, pegangan
diletakan sepanjang ssisi tempat tidur , memungkinkan klien aman dan juga
berguna meningkatkan metabolisme. Selain itu, memungkinkan klien lemah untuk
berputar dari sisi ke sisi atau di atas tempat tidur.
Papan tempat tidur adalah
papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras. Papan ini berguna
untuk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggungng, khususnya matras lunak.
Meskipun setiap prosedur
mempunyai petunjuk khusus, ada beberapa langkah umum yang harus perawat ikuti
untuyk klien yang memerlukan bantuan dalam mengubah posisi. Petunjuk berikut
ini mengurangi resiko cedera sistem muskuloskeletal ketika klien duduk atau
berbaring. Persendian yang tidak disokong akan mengganggu kesejajaran. Demikian
juga, jika persendian berada pada posisi tidak sedikit fleksi, maka mobilisasi
menurun. Selama mengatur posisi perawat juga mengkaji titik-titik tekan.
Apabila terdapat area tekanan yang aktual atau potensial, maka intervensi
keperawatan meliputi penghilangan tekanan yang menurunkan resiko dikubitus dan
trauma sistem muskuloskeletal lebih jauh.
Posisi Penyokong Fowler. Pada posisi penyokong fowler, bagian kepala
tempat tidur ditinggikan 450 -600 dan lutut kilen sedikit ditinggikan
tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi dibawah tungkai. Sudut ketinggian
kepala dan lutut serta lamanya klien paxda posisi Fowler dipengaruhi oleh
penyakit dan kondisi klien secara keseluruhan. Penyokong harus menjadi pinggs
menjadi pinggul maupun lutut fleksi, dan tepatnya kesejajaran garis vertebra
servikal, torakal, dan lumbal yang normal. Berikut ini masalah umum yang
yerjadi pada klien dengan posisi Fowler:
1)
Meningkatnya
fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke
depan.
2)
Ekstensi lutut
memungkinkan klien meluncur kebagian kaki tempat tidur.
3)
Tekanan lutut
bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki.
4)
Rotasi luar pada
pinggul.
5)
Lengan
menggantung di sisi klien tanpa disokong.
6)
Kaki yang tidak
tersokong.
7)
Titik penekanan
di sakrum atau di tumit yang tidak terlindungi.
Posisi terlentang. Posisi terlentang dengan klien menyandarkan punggungnya disebut
posisi dorsal rekumben. Pada posisi terlentang hubunganya dengan antar-bagian
tubuh pada dasarnya sama dengan kesejajajaran berdiri yang baik kecuali tubuh
berada p-ada potongan horisontal. Bantal trochanter roll dan gulungan tanagn
atau pembebat lengan digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi
cedera sisitem kulit maupun meukuloskeletal.
Mataras harus cukup kuat
untuk menyokong vertebra ser roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan
digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit
maupun meukuloskeletal.
Mataras harus cukup kuat
untuk menyokong vertebra servikal, torakal dan lumbal. Bahu yang disokong dan
siku sedikit fleksi mengontrol posisi bahu. Penyokong kaki digunakan untuk
mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran tepat. Berikut ini bebrapa
masalah umum yang terjadi pada posisi terlentang:
1)
Bantal di kepala
terlalu tebal dapat meningkatkan fleksi pada servikal.
2)
Kepala datar
pada matras.
3)
Bahu tidak
disokong dan berotasi dalam.
4)
Siku melebar.
5)
Ibu jari tidak
berlawanan dengan jari-jari lain.
6)
Pinggul berotasi
luar.
7)
Tidak
tersokongnya pinggul.
8)
Titik penekanan
di bagian oksiput kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak
terlindungi.
Posisi Telungkup. Klien berada pada posisi telungkup adalah berbaring dengan wajah
menghadap kebawah. Bantal kepala harus cukup tipis mencegah fleksi maupun
ekstensi servikal dan mempertahankan kesejajaran servikal lumbal. Penempatan
bantal dibawah tungkai bawah memungkinkan pergelangan kaki menjadi dorsifleksi
di atas ujung matras. Perawat harus menkaji dan memperbaiki potensial masalh
yang terjadi, berikut ini:
1)
Hiperekstensi
leher.
2)
hiperekstensi
spinal lumbal.
3)
Plantar fleksi
pergelangan kaki.
4)
Titik penekanan
di dagu, siku, pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
Posisi Miring. Pada posisi miring ( lateral) klien bersandar disamping, dengan
sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu. Kesejajran tubuh
harus sama ketika berdiri. Contohnya, struktur tulang belakang harus
dipertahankan, kepala harus disokong pada garis tengah tubuh, dan rotasi tulang
belakang harus dihindari. Berikut ini masalah umum yang terjadi pada posisi miring
:
1)
Flesi lateral
pada leher.
2)
Lengkung tulang
belakang keluar dari kesejajaran normal.
3)
Persendian bahu
dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
4)
Kurangnya
sokongan kaki.
5)
Titik penekanan
di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi.
Posisi Sims. Posisi sims berbeda dengan posisi mirirng pada distribusi berat
badan klien. Pada posisi Sims berat badab berada pada tulang ilium anterior,
humerus dan klavikula. Masalah umum pada posisi Sims adalah sebagai berikut :
1)
Fleksi lateral
pada leher.
2)
Rotasi dalam,
adduksi, atau kurang soskongan di bahu dan pinggul.
3)
Kurang sokongan
di kaki.
4)
Kurang
perlindungan dari titik pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut
dan pergelangan kaki.
Teknik Memindahkan. Perawat harus memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus
diubah psisis, dipindahkan di atas tempat tidur dan harus dipindahkan dari
tempat tidur ke kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan
perawat untuk menggerakan, mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan
juga melindungi perawat dari cedera muskuloskeletal. Meskipun perawat
menggunakan bebagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum
yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prossedur memindahkan :
1)
Naikan sisi bergerak
[ada posisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah
jatuh dari tempat tidur.
2)
Tinggikan tempat
tidur pada ketingian yang nyaman.
3)
Kaji mobilisasi
dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat memindahkan.
4)
Tentukan
kebutuhan akan bantuan.
5)
Jelaskan kaji
kesejajajran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
6)
Kaji kesejajaran
tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan
Perawat yang melakukan
teknik memindahkan atau menggerakan untuk pertama kalinya harus meminta
pertolongan untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat. Perawat juga
harus mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan klien
imobilisasi sendirian merupakan hal yang sulit dan berbahaya.
Memindahkan Klien. Klien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengankat
dari tempat tidur, menggerakan ke posisi miring atau duduk di sisi tempat
tidur. Contoh, wanita muda dan sehatmembutuhkan sedikit bantuan untuk duduk pertam
kali di sisi tempat tidur setelah melahirkan, sedangkan lakitua mungkin
membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat untuk melakukan hal yang sama 1
hari setelah appendik tomi.
Untuk menentukan apakah
klien mampu melakukan sendiri dan beberapa banyak orang yang dibutuhkan untuk
membantu mengankat klien diatas tempat tidur, perawat mengkaji klien untuk
menentukan apakah penyakit klien .
Ada kontraindikasi dalam
pengerahan tenaga (seperti penyakit kardiovaskuler). Kemudian, perawat
menentukan apakah klien memahami apa yang diharapkan. Contohnya, klien yang
baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk
mengerti instruksi, sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat
untuk menggerakkan klien diatas tempat tidur. Perawat kemudian menentukan
tingkat kenyamanan klien. Perawat juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan
pengetahuan prosedur. Pada akhirnya perawat menentukan apakah klien terlalu
berat atau tidak bisa bergerak sehungga perawat menyelesaikan prosedur sendirian.
Pada kasus yang meragukan, perawat harus selalu meminta bantuan orang lain.
Memindahakan Klien dari
Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi oleh
perawat membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan Pada klien yang tidak
dapat membantu. Perawat menejlaskan prosedur pada klien sebelum pemindahan.
Lingkungan juga dipersiapkan dengan memindahkan penghalang jalan. Kursi
ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian
kepala tempat tidur. Penempatan kursi memungkinkan perawat berputar dengan
klien dan memindahkan berat badan klien dengan cepat.
Pemindahan yang aman adalah
prioritas pertama. Perawat yang ragu-ragu dengan kekuatannya ataupun kemampuan
klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan menjutaikan
kakinya di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien dapat dengan
cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan.
Ketika memindahkan klien
imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika
tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh sebanyak mungkin
dari klein.
Memindahkan Klien dari
Tempat Tidur ke Brankar. Klien imobilisasi yang dipindahkan dari tempat
tidur ke brankar atau dari tempat tidur ke tempat tidur harus membutuhkan tiga
orang pengangkat. Tekinik ini bagus dilakukan jika orang-orang memindahkan
mempunyai kesamaan tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat
sebagai satu tim. Cara lain memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain
pengangkat yang ditempatkan dibawah klien. Kain pengangkat berguna
sebagai “ayunan” ketika klien dipindahkan ke brankar. Pada tekinik ini, perawat
perlu berada di sisi berlawanan dari tempat tidur ditempatkan berdampingan
sehingga klien dapat dipindahkan dengang cepat dan mudah dengan menggunkan kain
perangkat.
Klien harus dipersiapkan
untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan, contoh, dnegan melipat
lengan diatas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan alat-alat yang
tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar harus ditempatkan
seudut kanan tempat tidur sehinggan pengangkat dapat berputar ke depan brankar
dan memindahkan klien dengan cepat.
Pada semua prosedur,
keamanan merupaka proiritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga orang
pengangkat apabila bekerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus memimpin.
v Mobilisasi
Sendi
Untuk menjamin keadekuatan
mobilitas sendi maka perawat dapat mengajarkan klien latihan ROM. Apabila klien
tidak mempunyai kontrol motorik volunter maka perawat melakukan latihan gerak
rentang gerak pasif. Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan berjalan. Kadang
kadang klien membutuhkan alat bantu seperti kruk untuk membantu berjalan.
Latihan rentang
gerak. Klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak mandiri. Keterbatasan ini
dapat diidentifikasi pada klien yang salah satu ekstremitas mempunyai
keterbatasan gerakan atau klien mengalami gangguan mobilisasi aktual atau
potensil maka perawat menyusun intervensi yang langsung mempertahankan
mobilisasi sendi maksimum. Salah satu intervensi keperawatan adalah latihan
rentang gerak.
Untuk menjamin klien
mendapatka latihan yang rutin, perawat membuat jadwal pada waktu tertentu,
mungkin bersamaan aktivitas keperawatan lain, seperti saat memandikan klien.
Hal ini memungkinkan perawat mengkaji secara sistematik dan meningkatkan
rentang gerak klien. Selain iti, memandikan atau mandi di tempat tidur
selalu membutuhkan pemberian rentang gerak penuh pada ekstremitas dan
sendinya.
Latihan rentang gerak dapat
aktif ( klien mengerakan semua sendinya degan rentang gerak tanpa bantuan)pasif
( klien tidak dapat mengerakan secara mandiri sehimgga dibantu oleh erawat)
atau berada diantaranya. Contoh pada klien lemah perawat hanya memberi sokokngan
semantara klien melakukan sebagian besar gerakan, atau klien mampu mengerakan
aktiif beberapa sendi sementara perawat mengerakan yang lain secara pasif.
Ertama kali perawat mengkaji kemampuan klien melakukan latihan rentang gerak
aktif dan kebutuhan bantuan perawat. Pada umumnya latihan harus aktif pada
kesehatan dan mobilisasi yang memungkinkan. Kontraktur dapat terjadi pada sendi
yang tidak digerakan secara periodik dan rentang gerak penuh.
Kecuali kontraindikasi,
rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstermitas klien dengan
rentang gerak penuh. Latihan gerak pasif harus dimulai segerah pada kemampuan
klien mengerakan ekstremitas atau sendi menghilang. Pergerakan dilakukan secara
perlahan dan lembut sehingga tidak menimbutkan nyeri. Perawat jangan memaksakan
sendi melebihi kemampuan ya. Setiap gerakan harus di ulang 5 kali setiap
bagian.
Ketika melakukan latihan
rentang gerak pasiv,perawat berdiri disamping tempat tidur yang terdekat dengan
sendi yang dilatih. Jika ekstremitas digerakkan atau diangkat,perawat
menempatkan tangan dengan posisi seperti mangkok dibawah sendi untuk
menyokongnya,menyokong sendi dengan memegang bagian distal dan proksimal yang
berdekatan,atau menyokong sendi dengan satu tangan dan mengayun bagian distal
ekstremitas dengan lengan lainnya. Berikut ini menggambarkan gerakan yang
khusus untuk sendi utama tubuh.
Leher. Rentang gerak
untuk leher dimungkinkan oleh fleksibilitas vertebra servikal dan perputaran
hubungn antara kepala dan leher. Kecuali kontra indikasi karena bedah
spinal,trauma medula spinalis,atau trauma saraf pusat lain,latihan gerak
rentangharus dilakukan oleh klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi leher.
Ketika terjadi kontraktur fleksi dileher,maka klien leher menjadi fleksi
permanen dengan dagu berada dekat atau terlihat menyentuh dada. Sehingga
kesejajaran tubuh berubah,lapang pandang berubah,dan tingkat fungsi kemandirian
terganggu.
Bahu. Satu keistimewaan
bahu disbanding sendi lain dalam tubuh adalah otot terkuat untuk
mengontrol,deltoid,berada dalam pemajangan penuh pada posisi normal. Tidak ada
otot lain yang menggunakan kekuatan penuh ketika berada dalam pemajangn penuh.
Sehingga melatih bahusecara efektif meningkatkan kekuatan deltoid dan rentang
gerak. Untuk menyempurnakan hal ini maka pertama kali bahu di abduksi.
Tujuan tindakan pada bahu
adalah rentang gerak penuh. Gerakan bahu meliputi
fleksi,ekstensi,hiperekstensi,abduksi,adduksi,rotasi dalam maupun luar,dan
sirkumduksi. Rentang gerak penuh harus dipertahan kana tau dicapai untuk menghindari
nyeri.
Ketika merawat klien yang
mengalami keterbatasan mobilisasi bahu,perawat harus menyusun intervensi untuk
menempatkan dan menyokong bahu dalam posisi adduksi. Hal ini dapat dicapai
dengan menggendong tangan jika klien berdiri atau duduk atau member bantal
ketika klien berada ditempat tidur. Memposisikan bahu dengan benar mencegah
nyeri,dislokasi sendi,dan perubahan kesejajaran tubuh lebih lanjut.
Siku. Fungsi optimal
siku berada disudut 900 . siku yang tetap berada pada posisi yang ekstensi
penuh membuat ketidakmampuan dan membatasi kemandirian klien.
Lengan bawah. Sebagian
besar fungsi tangan dilakukan oleh lengan bawah dalam posisi setengah pronasi.
Ketika lengan bawah tetap berada posisi supinasi penuh maka penggunaan tangan
klien terbatas. Untuk fungsi optimal maka lengan bawah harus mampu berputar
drai supinasi ke pronasi.
Pergelangan
Tangan. Fungsi utama pergelangn tangan adalah memposisikan tangan sedikit
dorsifleksi yaitu posisi yang berfungsi. Oleh karena itu rentang gerak penuh
tidak sebesar prioritas seperti mempertahan kan pergelangan tangan pada posisi
fungsional. Ketika pergelangan tangan tetap berada posisi sedikit fleksi maka
genggaman melemah. Pada klien imobilisasi,posisi funsional pergelanagan tangan
dapat di capai dengan menggunakan gulungan tangan dan pembebat.
Jari tangan dan ibu jari.
Rentang gerak pada jari tanagan dan ibu jari memampukan klien melakukan
aktivitas sehari hari dan aktivitas yang membutuhkan keterampilan motorik halus
seperti pekerjaan tukang kayu, menjahit, menggambar, dan melukis. Po0sisi
fungsional jari tanagan dan iu jari adalah ibu jari sedikit fleksi berlawana
dengan jari tanagan. Pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi,
gulungan tangan membantu memprtahankan posisi itu.
Pinggul. Karena ekstremitas
bawah penting sebagai daya penggerak dan pembawa berat badan, sehingga
stabilitas sendi pinggul lebih penting daripada mobilisasinya. Sebagai contoh,
apabila salah satu pinggul tidak bergerak tetapi tetap berada posisi netral dan
ekstensi penuh, hal ini memungkinkan berjalan tanpa pincang yang bermakna.
Bagaimanapun, kontraktur
sering menetap pada pinggul dalam posisi defernitas. Abduksi yang berlebihan
membuat kaki sakit tanpak terlalu panjang, sedangkan adduksi yang berlebihan
membuat kaki sakit tampak terlalu pendek. Pada kasus lain, klien memiliki daya
penggerak yang terbatas dan berjala dengan pincang. Kontraktur fleksi
menyebabakan lordosis keyika orang tersebut berdiri. Kontraktur rotasi dalam
dan luar menyebabkan gaya berjalan yang tidak normal dan tidak seimbang.
Lutut. Fungsi utama
lutut adalah stabilitas, yang di capai oleh rentang gerak, ligament, dan otot.
Bagaimanapun, lutut tidak bertahan stabil dalam kondosi menyangga berat badan
kecuali ada kekuatan quadrisep yang adekat untuk mempertahankan lutut ekstensi
penuh. Latihan rentang gerak harus termasuk menahan lutut ke dalam ekstensi
penuh.
Sendi lutut yang tidak
bergerak menyebabkan ketidakmampuan yang serius. Derajat ketidak mampuan
tergantung posisi dimana lutut menjadi kaku. Jika lutut tetap berada ekstensi
penuh maka orang harus duduk dengan tungkai lurus ke depan. Ketika utut fleksi
maka orang itu akan pincang jika berjalan. Semakin besar fleksinya maka semakin
besar kepincangan. Kontraktur fleksi penuh mencegah seseorang berjalan tanpa
walker atau kruk.
Pergelangan kaki dan
kaki. Selama berjalan pergerakan sendi pergelangan kaki minimal.
Bagaimanapun sendi harus stabil dan dapat menahan berat badan, jika tidak
seseorang akan jatuh. Jika mobilisasi sendi terbatas, perawat harus mempertahankan
sendi dalam posisi yang diamana berjalan dapat di lakukan dengan gerakan
memutar ke depan tumit ke kaki bawah.
Ketika seseorang rileks
seperti ketika tidur atau koma maka kaki dalam keadaan rileks dan berada pada
posisi lantarfleksi. Hal ini adalah hasil rileksasi otot gatroknemius dan
soleus, yang mempertahankan dorsifleksi jika kaki tetap berada pada posisi
plantarfleksi tanpa sokongan maka kedua otot yaitu gastronemius dan soleus ini
akan memendek dan otot dorsifleksi akan mencoba mengkompensasi dengan reganagan
yang berlebihan. Akibatanya kakai tetap dalam posisi plantarfleksi (footdrop),
yang mengganggu kemampuan berjalan.
Inversi dan eversi juga
harus di hindari untukmemeungkinkan kaki menpak di atas lantai. kaki harus
datar sehingga memungkinkan menahan berat badan dan berjalan dengan benar.
Jari kaki . fleksi
berlebihan di jari kaki menyebabkan kaki berada pada posisi menckar. Jika inim
menjadi deformitas permanen mka kaki tidak mampu menampak datar diatas lantai
dank lien tidak mampu berjalan dengan tepat. Kontraktur fleksi adalah
defernitas paling umum yang terjadi di kaitkan penururnan mobilitas sendi.
Rentang gerak adekuat member
mobilisasi penting untuk melsakukan aktifitas sehari hari, latihan, dan
berhubungan aktifitas relaksasi. Selain itu, rentang gerak adekuat pada
ektremitas bawah akan memudahkan klien berjalan.
v Berjalan
Postur jalan normal adalah
kepala tegak, vertebra servikal, thorakal, lumbal sejajar, pinggul dan lutut
berada dalam keadaan fleksi yang sesuai, dan lengan bebas mengayun bersama
dengan kaki. Penyakit atau trauma dapat mengurangi toleransi aktivitas,
sehingga memerlukan bantuan dalam berjalan. Selain itu, kerusakan temporer dan
permanen pada sistem muskuloskeletal dan saraf memerlukan penggunaan alat bantu
untuk berjalan.
Membantu klien berjalan.
separti prosedur lain,membantu klien untuk berjalan membutuhkan persiapan.
Perawat mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan , nyeri, koordinasi, dan
keseimbangan klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan.
Perawat menjelaskan seberapa
jauh klien mencoba berjalan, siapa yang akan membantu, kapan dilakukan kegiatan
berjalan, dan mengapa berjalan itu penting. Selain itu perawat dank lien
menentukan berapa banyak kemandirian klen dapat berikan.
Perawat juga memeriksa lingkungan
untuk memastikan tidak ada rintangan dijalan klien. Kursi, penutup meja
tempat tidur, kursi rida disingkirkan dari jalan sehingga klien memiliki
ruangan yang luas untuk berjalan.
Sebelum memulai, menentukan
tempat berisitirahat pada kasus dengan perkiraan kurang toleransi
aktivitas atau klien menjadi pusing. Misalnya, jika diperlukan kursi dapat di
tempatkan diruangan yang dapat digunakan klien beristirahat.
Untuk mencegah hipotensi
ortostatik, klien harus di bantu untuk duduk di sisi tempat tidur dan harus
beristirahat selama 1 sampai 2 menit sebelum berdiri. Demikian juga pada saat
klien setelah berdiri, klien harus tetap berdiri 1 sampai2 menitr sebelum
bergerak. Keseimbangan klien harus stabil sebelum berjalan. Sehingga
perawat dapat dengan segera membawa klien yang pusing kembali ke tempat tidur.
Periode imobelitas yang lama memperbesar resiko hipotensi ketika klien berdiri.
Perawat harus memberikan
sokongan pada pinggang sehingga pusat gravitasi klien tetap berada di garis
tengah.hal ini dapat dicapai ketika perawat menempatkan kedua tangannya pada
pinggang klien atau menggunakan ikat pinggang berjalan(walking belt). walking
belt adalah ikat pinggang kulit yang melingkari pinggang klien dan
memiliki pemegang yang dibuat bagi perawat untuk dipegang.selama berjalan,klien
seharusnya tidak bersandar di satu sisi karena hal ini mengganggu pusat
gravitasi,mengubah keseimbangan dan meningkatkan risiko jatuh.
Klien yang terlihat tidak
siap atau mengeluh pusing harus dikembalikan ke tempat tidur atau kursi
terdekat.jika klien pingsan atau mulai jatuh,perawat harus memberikan sokongan
dengan dasar lebar yaitu satu kaki berada di depan yang lain,sehingga menyangga
berat badan klien.kemudian perawat harus menurunkan klien secara perlahan-lahan
ke lantai,melindungi kepala klien.meskipun menurunkan klien ke lantai tidaklah
sulit,mahasiswa harus mempraktekkan teknik tersebut dengan kawan atau dengan
teman kelas sebelum mencoba pada situasi klinik.
Klien hemiplegia(paralisis
pada satu sisi)atau hemiparesis(kelemahan pada satu sisi)sering memerlukan
bantuan berjalan.perawat selalu berdiri di samping bagian tubuh klien yang
sakit dan menyokong klien dengan satu lengan memeluk pinggang klien dan lengan
lain mengelilingi lengan bagian inferior klien sehingga tangan perawat berada
di bawah aksila klien.memberikan sokongan dengan memegang lengan klien adalah
salah,karena perawat tidak mudah menyokong berat untuk menurunkan klien ke
lantai jika klien pingsan atau jatuh.selain itu,jika perawat memegang lengan
klien yang jatuh dapat menyebabkan dislokasi sendi bahu.
Perawat yang tidak kuat dan
tidak mampu memindahkan klien sendirian harus membutuhkan bantuan.metode dua
perawat membantu untuk mendistribusikan berat klien secara rata.dua perawat
berdiri di setiap sisi klien.setiap lengan terdekat perawat memeluk pinggang
klien,dan lengan lain mengelilingi lengan bagian inferior sehingga kedua tangan
perawat menyokong aksila klien.
Metode yang kedua
membutuhkan perawat dank lien yang mempunyai kesamaan tinggi.perawat berdiri di
setiap sisi klien dengan lengan terdekatnya menyelip di bawah lengan klien ke
arah punggung.perawat kemudian menggenggam lengan klien lain.lengan klien
diletakkan di atas bahu perawat,dan perawat menstabilkan tangan klien yang lain
dengan tangannya yang bebas.teknik ini efektif untuk klien yang lemah atau
klien yang berat.
Menggunakan Alat Bantu
Berjalan.walker adalah suatu alat yang sangat ringan,mudah dipindahkan,setinggi
pinggang,terbuat dari pipa logam.walker mempunyai empat penyangga dan kaki yang
kokoh.klien memegang pemegang tangan pada batang di bagian
atas,melangkah,memindahkan walker lebih lanjut,dan melangkah lagi.
Tongkat adalah alat yang
ringan,mudah dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari kayu atau logam.dua
tipe tongkat umum adalah tongkat berkaki panjang lurus dan tongkat kaki bersegi
empat.tongkat berkaki lurus lebih umum dan digunakan untuk sokongan dan
keseimbangan klien yang kekuatan kakinya menurun.tongkat ini harus di pakai di
sisi tubuh yang terkuat.untuk sokongan maksimum ketika berjalan,klien
menempatkan tongkat berada depan 15-25 cm,menjaga berat badan pada kedua kaki
klien.kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga berat badan
dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat.kaki yang terkuat maju setelah
tongkat sehingga kaki yang terlemah dan berat badan disokong oleh tongkat dan
kaki terlemah.untuk berjalan,klien mengulangi tahap ini secara terus
menerus.klien diajarkan bahwa kedua titik penopang tersebut,seperti dua kaki
atau satu kaki dan tongkat,akan muncul di setiap waktu.
Tongkat empat kaki memberi
sokongan yang terbesar dan digunakan pada kaki yang mengalami sebagian atau
Keseluruhan paralisis ataupun hemiplegia. Tiga tahap yang sama digunakan oleh
tongkat berkaki lurus diajarkan pada klien.
Kruk sering digunakan untuk
meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat temporer, seperti pada setelah
kerusakan ligamen di lutut. Kruk dapat digunakan permanen (mis. Klien paralisis
ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu atau logam. Ada dua tipe kruk,
kruk lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan bawah dan kruk
aksila terbuat dari kayu. Kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan tangan dan
pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya yaitu pembalut
logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan tinggi klien. Kruk aksila
mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian atas, dimana bereda
tepat dibawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang dipegang setinggi
telapak tangan untuk menyokong tubuh. Kruk harus diukur panjang yang sesuai,
dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman, mencapai
kestabilan gaya berjalan, naik dan turun tangga dan bangkit dari duduk.
Mengukur kruk. Kruk aksila
lebih umum digunakan. Ketika mempersiapkan klien menggunakan kruk, perawat juga
harus mengajarkan penggunaan kruk yang aman dan mengukur kruk klien dengan
benar. Pengukuran kruk meliputi tiga area: tinggi klien, jarak antara bantalan
kruk dan aksila dan sudut fleksi siku.pengukuran dilakukan dengan satu dari dua
metode berikut, dengan klien berada pada posisi supinase atau berdiri. Pada
posisi telentang-ujung kruk berada 15 cm di samping tumit klien. Tempatkan
ujung pita pengukur dengan lebar tiga sampai empat jari (4-5 cm) dari aksila
dan ukur sampai tumit klien. Berdiri-posisi kruk dengan ujung kruk berada 14-15
cm di samping dan 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan metoda lain, siku harus
difleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku diperiksa dengan menggunakan
goniometer. Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm) dibawah aksila.
Mengajarkan gaya berjalan
dengan kruk. Gaya berjalan dengan kruk dimaksudkan menopang berat pada
satu atau kedua kaki dan pada kruk secara bergantian. Perawat pada pemeriksaan
bergantian. Gaya berjalan yang digunakan klien telah ditentukan oleh pengkajian
perawat pada pemeriksaan fisik, kemampuan fungsional, dan penyakit atau cedera.
Cara berdiri cara kruk
adalah posisi tripod, dengan cara menemppatkan kruk 15 cm di depan dan 15 cm di
samping setiap kaki klien. Posisi ini memberikan keseimbangan dengan dasar
sokongan lebih luas. Kesejajaran tubuh pada posisi untuk tripod meliputi kepala
dan leher tegak, vertebrata lurus,pinggul lutut dan lutut fleks. Berat badan
tidak boleh ditahan aksila. Posisi tripod sebelum kru berjalan.
Empat titik bergantian atau
gaya berjalan empat titik memberikan kestabilan tetapi memerlukan penopang
berat badan dikedua kaki. Tiga titik penopang selalu berada di lantai. Klien
memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan klien yang berlawanan (mis.
Kruk Dengan kedua kruk di satu tangan klien menyokong berat badannya di kaki
yang tidak sakit dan kruk. Selama masih memegang kruk klien memegang lengan
kursi dengan menahan tangannya dan menurunkan tubuh. Untuk berdiri, maka
prosedur dibalik dan klien ketika telah lurus harus berada pada posisi tripod
sebelum berjalan.
Mengintegrasikan Latihan
Aktif Kedalam Aktifitas sehari-hari
|
Menganggukkan kepala “ya”
melatih leher (fleksi dan ekstensi).
Mengelengkan kepala
“tidak” melatih leher (rotasi).
Mengerakan telinga kanan
kebahu kanan melatih leher (fleksi lateral).
Mengerakan telinga kiri
kebahu kiri melatih leher (fleksi lateral).
Meraih untuk menghidupkan
lampu diatas kepala melatih bahu (abduptus).
Menggaruk punggung melatih
bahu (hiperekstensi dan rotasi dalam).
Memutar bahu kearah dada
melatih bahu.
Memutar bahu kearah
punggung melatih bahu.
Makan, mandi,mencukur, dan
berpakaian melatih siku (fleksi ektensi).
Semua aktivitas yang
memerlukan koordinasi motorik baik seperti menulis dan makan, melatih jari
dan ibu jari (fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, oposisi).
Berjalan melatih pinggul
(fleksi, ekstensi, hiperekstensi).
Memutar ujung kaki kearah
dalam melatih pinggul (rotasi dalam).
Memutar ujung kaki kearah
luar melatih pinggul (rotasi luar).
Berjalan melatih lutut
(fleksi, ekstensi).
Berjalan melatih
pergelangan kaki (dorsi fleksi, pelantar fleksi).
Mengarahkan ujung kaki
kearah kepala tempat tidur melatih pergelangan kaki (dorsifleksi).
Mengarahkan ujung kaki
kearah kaki tempat tidur melatih pergeangan kaki (plantarfleksi).
Berjalan melatih kaki
(ekstensi, hiperekstensi).
Mengayun jari melatih jari
(abduksi, adduksi).
|
Latihan rentang gerak aktif
mempertahankan fungsi system muskulu sekeletal. Perawat juga harus merencanakan
interfensi untuk mengembalikan mobilisasi pada klien yang mampu
melaksanakan aktifitas normal bertahap.
Program latihan progresif
digunakan untuk klien yang mengalami gangguan muskulo sekeletal,
neurologi, kardiopulmonal,ginjal,dan penyakit kronik lain. Sebelum melakukan
program lakukan latihan pemanasan kecuali pada mereka yang kontra indikasi.
System integument. Seperti
yang telah di diskusikan sebelumnya, resiko utama pada kulit akibat
keterbatasan mobilisasi adalah dekubitus. Oleh karena itu interfensi
keperawatan berfokus pada pencegahan dan penatalaksanaan.
System eliminasi. Interfensi
keperawatan untuk mempertahankan fungsi obtimal pada perkemihan adalah menjaga
hidrasi klien demgan baik tanpa menyebabkan distensi kandung kemih dan setatis
urine, terbentuk batu, dan infeksi.
Hidrasi yang adekuat mencegah
pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Klien dengan hidrasi baik
harus berkemih sejumlah urine. Apabila klien jiga mengalami inkontinensia maka
perawat harus memodifikasi rencana keperawatan untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan eliminasi urine.
Untuk mencegah distensi
kandung kemih, perawat mengkaji frekuensi dan jumlah haluaran urine. Klien
dengan urine ysng menetes terus menerus dan kandungnkemih yang distensi
menunjukkan inkontinensia overflow. Jika klien imibilisasi tidak dapat mengontrol
eliminasi urinenya secara sadar maka perawat harus memasukkan kateter sementara
atau menetap untuk mencegah distensi.
Peawat juga harus mencatat
frekuensi dan konsistensi defikasi. Diet kay buah buahan,sayur sayuran dalam
jumlah banyak mendukung peristaltic normal. Jika klien tidak mampu
mempertahankan pola eliminasi bowel noemal maka dokter memberikan pelunak
feses, katartik, atau enema.
Tindakan Pencegahan
latihan Lansia
|
Pastikan intensitas
latihan rendah, 40%-70% dari perdiksi maksimun denyut jantung dan kemajuan
latihan sangat perlahan lahan.
Gunakan usaha melatih
irama jantung untuk memantau intensitas latihan.
Latihan bertahap,
perbanyak latihan pemanasan dan pendinginan untuk menurunkan resiko hipotensi
postural maupun arirmia jantung.
Gunakan mekanika tubh yang
benar, gunakan pakaian yang sesuai, sepatu latuhan khusus, dan cukup hidrasi.
Hundari gerakan memutar
yang tiba tiba, gerakan cepat, dan gerakan transisi yang cepat dari gerakan
satu ke gerakan yang lain.
Hindari gerakan mengganggu
penglihatan dan keseimbangan.
Hindari kontraksi
isometric, yang bertahan lebih lama dari 10 detik.
Hindari latiahan selama
infeksi virus akut.
Hentikan latihan jika
terjadi angina, kontraksi ventricular, premature, atau sesak napas yang
berlebihan.
Dapatkan persetujuan
dokter dan program tertulis untuk pembatasan latihan fisik spesifik sebelum
memulai program latihan fisik.
|
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan
dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah mekanika tubuh dan ambulasi
adalah unyuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan mekanika tubuh dengan
baik, menggunakan alat bantu gerak, cara menggapai benda, naik atau turun, dan
berjalan.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan
cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan
selama aktivitas.
Prinsip yang digunakan dalam
mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
Gravitasi
Keseimbangan
Berat
Mekanika tubuh dan ambulasi
merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan
mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :
Gerakan ( ambulating ).
Menahan ( squating ).
Menarik ( pulling ).
Mengangkat ( lifting ).
Memutar ( pivoting ).
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi diantaranya adalah
Status kesehatan
Nutrisi
Emosi
Situasi dan Kebiasaan
Gaya Hidup
Pengetahuan
Penggunaan mekanika tubuh
secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang
dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sebagai
berikut :
Terjadi ketegangan sehingga
memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.
Resiko terjadinya kecelakaan
pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri,
maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal,
misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
3.2.Saran
Demikian makalah yang telah
kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih
bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan
khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,Aziz.2006.Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
Potter and Perry Volume 2
.2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab 37).Jakarta:EGC
thx :)
BalasHapus